Terungkap Rute Panjang Netanyahu Ke New York Agar Tak Ditangkap

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Jakarta -

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengambil rute nan tidak biasa dan lebih panjang dalam penerbangan ke New York, Amerika Serikat (AS). Rute ini diambil agar dia tak ditangkap Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Sebagaimana diketahui, tahun lampau ICC telah menerbitkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant pekan lampau atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza nan berkecamuk sejak Oktober tahun 2023.

Dalam pengumumannya pada 21 November 2024, ICC menyatakan pihaknya menemukan "alasan nan masuk akal" untuk meyakini Netanyahu dan Gallant memikul "tanggung jawab secara pidana" atas kejahatan perang berupa kelaparan sebagai metode perang di Jalur Gaza dan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan, penganiayaan dan tindakan tidak manusiawi lainnya terhadap penduduk Palestina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Netanyahu mengecam perintah penangkapan untuk dirinya dan menuduh ICC melakukan langkah anti-Semitisme.

Dengan perintah penangkapan itu, Netanyahu terancam ditangkap jika menginjakkan kaki di sebanyak 124 negara personil ICC nan menandatangani Statuta Roma. Beberapa negara nan menolak untuk menangkap Netanyahu, seperti Prancis, merupakan personil ICC nan semestinya wajib mematuhi perintah penangkapan itu.

Dukungan untuk ICC

Pekan lalu, Spanyol mengumumkan bakal mendukung penyelidikan ICC dan memberikan support dengan membentuk tim unik untuk menyelidiki dugaan pelanggaran kewenangan asasi manusia (HAM) di Jalur Gaza. Madrid menyebutnya sebagai bagian upaya lebih luas untuk menekan Israel agar mengakhiri perang Gaza.

Netanyahu dijadwalkan berpidato di Sidang Umum PBB pada Jumat (26/9) waktu AS. Dia juga bakal melakukan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pekan depan.

Terbang Ambil Jalur Lain

Netanyahu dalam penerbangan ke New York, Amerika Serikat (AS), pada Kamis (25/9) waktu setempat, dalam rangka menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pesawat nan membawa Netanyahu, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (26/9/2025), tampak menghindari beberapa negara Eropa dalam penerbangannya demi menghindari akibat penangkapan berasas surat perintah penangkapan nan dirilis oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Meskipun seorang sumber diplomatik Prancis nan berbincang kepada AFP mengatakan bahwa otoritas Paris mengizinkan Israel menggunakan wilayah udaranya, info pencarian penerbangan menunjukkan pesawat nan membawa Netanyahu justru mengambil rute selatan.

Pesawat Netanyahu itu, menurut info pencarian penerbangan pada Kamis (25/9), terbang melintasi Yunani dan Italia, kemudian berbelok ke jalur selatan melintasi Selat Gibraltar sebelum melanjutkan penerbangan ke Atlantik.

Prancis, berbareng Inggris dan Portugal, termasuk di antara sejumlah negara nan pekan ini memberikan pengakuan resmi untuk negara Palestina. Langkah semacam itu ditentang keras oleh Netanyahu.

Irlandia dan Spanyol telah terlebih dulu mengumumkan pengakuan mereka untuk negara Palestina pada Mei lalu.

Sementara itu, laporan media lokal Israel menyebut pengalihan rute pesawat Netanyahu dimaksudkan untuk menghindari negara-negara nan menandatangani Statuta Roma, nan dapat mengeksekusi surat perintah penangkapan nan dikeluarkan ICC jika terjadi pendaratan darurat.

(rdp/rdp)


Selengkapnya