ARTICLE AD BOX
Jakarta, leopardtricks.com - Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS), Microsoft, memutus akses jasa teknologi komputasi awan alias cloud Azure terhadap militer Israel.
Keputusan itu diambil setelah Unit 8200 alias badan mata-mata elit militer, kedapatan melanggar ketentuan jasa perusahaan dengan menyimpan sejumlah besar info pengawasan masyarakat sipil Palestina di platform cloud Azure.
Berdasarkan laporan The Guardian, Unit 8200 mengumpulkan jutaan panggilan telepon penduduk sipil Palestina nan dilakukan setiap hari di Gaza dan Tepi Barat, serta melakukan pengawasan ketat terhadap info nan dikumpulkan itu.
Keputusan untuk menghentikan jasa terhadap Unit 8200 dalam menggunakan beberapa teknologi Microsoft merupakan hasil respons langsung perusahaan terhadap investigasi nan dipublikasikan oleh The Guardian bulan lalu.
"Investigasi tersebut mengungkap gimana Azure digunakan untuk menyimpan dan memproses info komunikasi Palestina dalam program pengawasan massal," dikutip dari laporan The Guardian, Sabtu (27/9/2025).
Guardian mengungkapkan gimana Microsoft dan Unit 8200 sebetulnya telah bekerja sama dalam rencana untuk memindahkan sejumlah besar materi intelijen sensitif ke Azure.
Proyek ini dimulai setelah pertemuan pada tahun 2021 antara kepala pelaksana Microsoft, Satya Nadella, dan komandan Unit 8200 saat itu, Yossi Sariel.
Menanggapi investigasi tersebut, Microsoft memerintahkan penyelidikan eksternal nan mendesak untuk meninjau hubungannya dengan Unit 8200. Temuan awal tersebut sekarang telah mendorong perusahaan untuk membatalkan akses unit tersebut ke beberapa jasa penyimpanan cloud dan AI miliknya.
Dilengkapi dengan kapabilitas penyimpanan dan daya komputasi Azure nan nyaris tak terbatas, Unit 8200 telah membangun sistem baru tanpa pandang bulu nan memungkinkan petugas intelijennya mengumpulkan, memutar ulang, dan menganalisis konten panggilan seluler seluruh populasi.
Unit 8200 dilaporkan bisa mengumpulkan info satu juta panggilan per jam. Penyimpanan info panggilan nan disadap dalam jumlahnya mencapai 8.000 terabyte disimpan di pusat info Microsoft di Belanda.
Beberapa hari setelah Guardian menerbitkan investigasi tersebut, Unit 8200 dilaporkan dengan sigap memindahkan info pengawasan tersebut ke luar area Uni Eropa.
Transfer info besar-besaran itu terjadi pada awal Agustus. Sumber intelijen mengatakan Unit 8200 berencana mentransfer info tersebut ke platform cloud Amazon Web Services. Baik Pasukan Pertahanan Israel (IDF) maupun Amazon tidak menanggapi permintaan komentar.
Keputusan Microsoft untuk mengakhiri akses badan mata-mata tersebut ke teknologi utama dibuat di tengah tekanan dari tenaga kerja dan penanammodal terhadap kerja sama perusahaan dengan militer Israel dan peran teknologinya dalam serangan nyaris dua tahun di Gaza.
Komisi penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza, sebuah tuduhan nan dibantah oleh Israel tetapi didukung oleh banyak mahir norma internasional.
Investigasi campuran The Guardian memicu protes di instansi pusat Microsoft di AS dan salah satu pusat datanya di Eropa, serta tuntutan oleh golongan kampanye nan dipimpin pekerja berjulukan No Azure for Apartheid untuk mengakhiri semua hubungan dengan militer Israel.
Pada hari Kamis lalu, wakil ketua dan presiden Microsoft, Brad Smith, memberi tahu staf tentang keputusan tersebut. Dalam surel nan dilihat oleh Guardian, dia mengatakan perusahaan telah "menghentikan dan menonaktifkan serangkaian jasa untuk sebuah unit di Kementerian Pertahanan Israel", termasuk jasa penyimpanan cloud dan AI.
Smith menulis: "Kami tidak menyediakan teknologi untuk memfasilitasi pengawasan massal terhadap penduduk sipil. Kami telah menerapkan prinsip ini di setiap negara di dunia, dan kami telah berulang kali menekankannya selama lebih dari dua dekade."
Keputusan ini mengakhiri secara tiba-tiba periode tiga tahun kerja badan mata-mata tersebut dengan Microsoft dalam mengoperasikan program pengawasannya menggunakan teknologi perusahaan teknologi raksasa asal AS itu.
Menurut sebuah arsip nan dilihat oleh Guardian, seorang pelaksana senior Microsoft mengatakan kepada Kementerian Pertahanan Israel akhir pekan lalu: "Meskipun peninjauan kami tetap berlangsung, pada titik ini kami telah mengidentifikasi bukti nan mendukung unsur-unsur pelaporan Guardian."
Pihak pelaksana mengatakan kepada pejabat Israel bahwa Microsoft "tidak bergerak di bagian upaya nan memfasilitasi pengawasan massal terhadap penduduk sipil" dan memberi tahu mereka bahwa mereka bakal "menonaktifkan" akses ke jasa nan mendukung proyek pengawasan Unit 8200 dan menangguhkan penggunaan beberapa produk AI.
Penghentian ini merupakan kasus pertama perusahaan teknologi AS menarik jasa nan diberikan kepada militer Israel sejak dimulainya perang di Gaza.
Keputusan ini tidak memengaruhi hubungan komersial Microsoft nan lebih luas dengan IDF, nan merupakan pengguna lama dan bakal tetap mempunyai akses ke jasa lainnya. Penghentian ini sebatas menimbulkan pertanyaan di Israel tentang kebijakan penyimpanan info militer sensitif di cloud pihak ketiga nan di hosting di luar negeri.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Video: Jumlah PHK Januari-Maret 2025 - Microsoft PHK 6.000 Karyawan