ARTICLE AD BOX

MATAHARI kembali menunjukkan peningkatan aktivitas setelah periode tenang nan panjang. Studi terbaru NASA menyebut kejadian ini mengejutkan lantaran sebelumnya diperkirakan Matahari bakal memasuki masa tenang panjang.
Aktivitas nan disebut seperti peningkatan jumlah bintik matahari, semburan flare, dan lontaran massa korona. Kondisi tersebut krusial diperhatikan lantaran berpotensi memengaruhi Bumi dan sistem teknologi modern.
Tren Aktivitas Matahari nan Berbalik
Sejak 1980-an, aktivitas Matahari terus menurun hingga mencapai titik terlemah pada tahun 2008. Pada saai itu, para intelektual memperkirakan mengenai Matahari, "Semua tanda menunjukkan Matahari memasuki fase aktivitas rendah nan berkepanjangan," kata Jamie Jasinski, penulis studi dari Laboratorium Propulsi Jet NASA di California Selatan.
Namun, penelitian terbaru justru menunjukkan perihal berbeda. Aktivitas Matahari mulai meningkat kembali sejak 2008, seperti nan dilaporkan dalam jurnal The Astrophysical Journal Letters.
Peran Bintik dan Semburan Matahari
Bintik mentari muncul akibat konsentrasi medan magnet nan tinggi di permukaan Matahari. Kemunculannya sering menjadi tanda meningkatnya aktivitas, seperti semburan flare dan lontaran massa korona.
Semburan flare merupakan letupan daya radiasi nan sangat kuat. Sedangkan lontaran massa korona adalah pelepasan plasma raksasa nan dapat mengarah ke Bumi.
Apa Dampaknya bagi Teknologi di Bumi?
Lonjakan aktivitas Matahari bisa mengganggu sistem komunikasi dan navigasi. GPS, satelit, hingga jaringan listrik berisiko terdampak akibat partikel bermuatan nan menghantam medan magnet Bumi.
Selain itu, radiasi dari Matahari juga menjadi ancaman bagi astronot serta misi antariksa nan tengah berlangsung.
Riset NASA
Jamie Jasinski menegaskan bahwa kejadian ini tidak sesuai perkiraan. "Kita tidak betul-betul tahu kenapa Matahari mengalami minimum 40 tahun mulai tahun 1790," kata Jasinski. "Tren jangka panjangnya jauh lebih susah diprediksi dan merupakan sesuatu nan belum sepenuhnya kita pahami.”
Untuk mempelajari kejadian ini, NASA menggunakan info dari misi ACE (Advanced Composition Explorer) dan Wind sejak 1990-an mengawasi plasma dan angin Matahari.
Langkah NASA dengan Misi Baru
NASA menyiapkan misi IMAP (Interstellar Mapping and Acceleration Probe), Carruthers Geocorona Observatory, dan SWFO-L1 (Space Weather Follow On-Lagrange 1) milik National Oceanic and Atmospheric Administration.
Semua itu dirancang untuk memantau cuaca antariksa secara lebih detail. Hasil pengamatan tersebut diharapkan mendukung misi manusia ke Bulan, Mars, dan planet lain di tata surya. (nasa.gov/Z-10)