ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengkritik rentetan serangan Israel ke negara-negara di Timur Tengah (Timteng). Lavrov menyebut tindakan Israel itu seperti mau sengaja meledakkan wilayah Timteng.
Hal itu disampaikan Lavrov saat berpidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, pada Sabtu (27/9). Dia menyebut serangan Israel ke negara-negara Timteng merupakan tindakan illegal.
"Penggunaan kekuatan terlarangan Israel terhadap Palestina dan tindakan garang terhadap Iran, Qatar, Yaman, Lebanon, Suriah, dan Irak hari ini menakut-nakuti bakal meledakkan seluruh Timur Tengah," kata Lavrov dilansir AFP, Minggu (28/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lavrov juga mengecam rencana Israel dalam mencaplok wilayah Tepi Barat di Palestina. Dia menyebut tindakan itu merupakan upaya dalam mematikan negara Palestina nan merdeka.
"Tidak ada pembenaran atas rencana aneksasi Tepi Barat. Kita pada dasarnya sedang menghadapi upaya semacam kudeta nan bermaksud mengubur keputusan PBB tentang pembentukan negara Palestina," kata Lavrov.
Prancis, Inggris, dan beberapa negara Barat lainnya mengakui negara Palestina selama sepekan terakhir. Mereka menyuarakan kekesalan terhadap perang Israel nan tak henti-hentinya di Gaza.
Amerika Serikat, pendukung utama Israel, sangat menentang deklarasi kenegaraan tersebut, tetapi Presiden Donald Trump juga telah memberi tahu Netanyahu untuk tidak mencaplok Tepi Barat setelah mitra-mitra Arab AS menyuarakan kekhawatiran.
Lavrov mencemooh pengakuan Barat atas negara Palestina. Dia menyindir pengakuan tersebut semestinya telah dikeluarkan sejak lama
"Dengan menunggu hingga Sidang Umum, mereka mungkin berambisi "tidak bakal ada apa pun dan tidak seorang pun nan tersisa untuk diakui" sementara Israel melanjutkan serangannya, kata Lavrov.
Rusia telah mengakui negara Palestina sejak era Soviet meskipun Israel juga berupaya mempertahankan hubungan baik dengan Moskow lantaran pengaruh regionalnya dan organisasi Yahudi nan cukup besar di Rusia.
Lavrov juga menuduh kekuatan Barat menyabotase diplomasi terhadap Iran melalui penerapan kembali hukuman PBB nan diperkirakan bakal terjadi dalam beberapa jam.
"Penolakan terhadap tawaran Rusia dan Tiongkok untuk memperpanjang pemisah waktu akhirnya mengungkap kebijakan Barat nan menyabotase upaya mencari solusi konstruktif di Dewan Keamanan PBB, serta keinginannya untuk mendapatkan konsesi sepihak dari Teheran melalui pemerasan dan tekanan," kata Lavrov.
(ygs/ygs)