Cerita Asy'ari Rela Jalan Kaki Dari Sukabumi Ke Jakarta Ikut Demo Di Dpr: Rakyat Sudah Kecewa

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Liputan6.com, Jakarta - Seruan unjuk rasa di depan Gedung DPR juga sampai ke telinga, Asy'ari (27). Ajakan itu mulanya menggema di media sosial sejak beberapa waktu terakhir.

Tanpa perlu berpikir lama, dia mantapkan hati ikut berdemo. Pedagang bubur itu memilih tak berdagang hari ini. Dia putuskan melangkah kaki dari tempat tinggalnya di Sukabumi menuju Jakarta.

Semangatnya menggebu, satu buah Bendera Merah Putih diingkatkan di kayu, menemani perjalananya sejak Minggu (24/8/2025) siang kemarin. Sepanjang perjalanan menuju DPR, bendera itu terus dia genggam. Di lehernya, dikalungkan kardus bertuliskan 'Merah Putih Memanggil 25 Agustus 2025 Rakyat Merdeka'.

"Saya jalan kaki dari Sukabumi, Kalapanunggal di bawah kali Gunung Salak kemarin siang saya jalan kaki. Saya tidak terafiliasi golongan manapun," katanya kepada awak media, di Gedung DPR DPR.

Rakyat Sudah Kecewa

Sebenarnya, kata Asy'Ari, banyak nan melarang aksinya melangkah kaki ke DPR. Tetapi tekadnya sudah bulat. Sebagai rakyat, dia merasa bunyi dan jeritan hatinya butuh didengar. Bukan sekadar menyaksikan debat kusir di media sosial.

"Ini tindakan pertama saya lantaran selama ini saya hanya menonton di sosial media dan lantaran ada info tindakan 25 Agustus, saya terpanggil saya tidak berbareng organisasi alias lembaga apa pun," ujarnya.

Tak hanya itu. Sebagai masyarakat kelas bawah, dia merasa kecewa dengan kondisi bangsa ini. Semakin miris, di kala rakyat terhimpit, DPR malah enak-enak menikmati penghasilan dan sederet tunjangan nan berbobot fantastis.

"Saya membawa satu cita-cita ialah keberanian. Keinginan saya masyarakat kudu berasosiasi menyuarakan pendapatnya, berani menjadi bangsa berdaulat agar kita bisa menentukan nasib kita," katanya.

Diakuinya, rakyat sudah kerap merasakan kekecewaan. Terlebih pada sekelompok orang nan mengaku sebagai wakil mereka di parlemen. Sampai terkadang, katanya, ada suara-suara lirih nan merasa menyesal terlahir sebagai bangsa Indonesia.

"Mereka kecewa, bukan lantaran tidak cinta dengan Indonesia, tapi mereka mau mengatakan kebebasan rakyat dikekang dalam ketidakberdayaan. Keinginan masyarakat untuk membubarkan DPR itu sebenarnya corak aspirasi kecewa," ujarnya.

Siap Berdemo Hari Ini

Diakuinya, rakyat sudah kerap merasakan kekecewaan. Terlebih pada sekelompok orang nan mengaku sebagai wakil mereka di parlemen. Sampai terkadang, katanya, ada suara-suara lirih nan merasa menyesal terlahir sebagai bangsa Indonesia.

"Mereka kecewa, bukan lantaran tidak cinta dengan Indonesia, tapi mereka mau mengatakan kebebasan rakyat dikekang dalam ketidakberdayaan. Keinginan masyarakat untuk membubarkan DPR itu sebenarnya corak aspirasi kecewa," ujarnya.

Kondisi Depan Gedung DPR

Diakuinya, rakyat sudah kerap merasakan kekecewaan. Terlebih pada sekelompok orang nan mengaku sebagai wakil mereka di parlemen. Sampai terkadang, katanya, ada suara-suara lirih nan merasa menyesal terlahir sebagai bangsa Indonesia.

"Mereka kecewa, bukan lantaran tidak cinta dengan Indonesia, tapi mereka mau mengatakan kebebasan rakyat dikekang dalam ketidakberdayaan. Keinginan masyarakat untuk membubarkan DPR itu sebenarnya corak aspirasi kecewa," ujarnya.

Selengkapnya